Kesetiaan

Pada suatu hari hiduplah seekor kucing yang tinggal di sebuah rumah bersama keluarga Johnson. Tidak ada yang spesial dari kucing ini, hanya seekor kucing rumah biasa, tanpa bulu yang lebat dan menggemaskan. Kucing ini telah dipelihara keluarga Johnson sejak kecil. Mark Johnson (Sang Ayah) memungut kucing itu (yang kemudian diberi nama Cedric Johnson) saat ia dibuang oleh pemiliknya di sebuah kotak di dalam tong sampah.kemudian Mark memperkenalkan Cedric kepada Joanne (Istri Mark) Zio (Putri Mark dan Joanne) dan Andrew (Putra Mark dan Joanne). Cedric tumbuh dari kasih sayang yang diberikan oleh keluarga ini, sehingga Cedric pun senang dan tumbuh besar di keluarga ini. Di hari Minggu, Mark mengajak keluarganya datang ke sebuah kebaktian di Gereja. Cedric pun diajak mengikuti kebaktian tersebut. Disana, Cedric melihat sebuah benda besar yang terbuat dari 2 bongkah kayu yang dipasang di tembok Gereja. Cedric teringat bahwa di rumah juga ada benda seperti itu, namun tidak sebesar benda ini. Cedric merasa aneh karena dalam beberapa saat semua orang memejamkan matanya dan duduk diam seperti patung. Banyak hal baru yang Cedric dapat dari kebaktian ini, mulai dari benda kayu besar yang kemudian dikenalkan oleh Mark sebagai Salib, dan cara untuk Berdoa. Seperti kucing biasa, Cedric memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Di suatu malam ia melihat keluarga Johnson berkumpul bersama dalam sebuah ruangan dan duduk melingkari sebuah lilin. Cedric tahu apa yang mereka lakukan, kemudian ia pun duduk disamping Mark dan mulai memejamkan matanya dan duduk diam untuk beberapa saat. “Papa lihat! Cedric ikut berdoa bersama kita!” Teriak Zio terkagum pada tingkah laku Cedric. Kini keluarga Johnson selalu berdoa bersama Cedric setiap malam sebelum mereka tidur. Cedric mulai mengenal sebuah boneka berjenggot putih panjang yang kemudian diberi nama Santa Claus, saling bertukar kado pada hari Natal, dan makan bersama keluarga besar di hari Thanksgiving. Jemaat-jemaat Gereja pun sekarang mulai mengenal Cedric karena tingkah lakunya yang tenang dan pandai bersikap doa dalam Gereja, hingga saat itu pendeta Remington bertanya kepada Mark, “Siapa nama kucing ini? Saint? John? Matthew?”, dan Mark hanya menjawab “Bukan pak Pendeta, namanya Cedric”. Cedric pun menjadi bahan kotbah di Gereja itu beberapa kali. Tak lama setelah ketenaran Cedric, keluarga Johnson memiliki masalah keuangan, dan mereka pun tidak bisa membayar biaya sewa rumah mereka. Keluarga Johnson memutuskan untuk pindah ke kota lain, maka mereka berkemas dan meninggalkan rumah tersebut. Mereka melupakan Cedric yang sedang tertidur pulas dibawah meja makan. Ketika Cedric bangun, ia sadar bahwa tidak ada orang dalam rumah itu. Ia berfikir bahwa mungkin mereka hanya keluar sebentar untuk berbelanja dan bermain, maka ia menunggu mereka dengan tenang. 1 hari telah berlalu, tidak ada tanda-tanda keluarga Johnson dalam rumah. Cedric pun mulai gelisah, ia tidak memikirkan perutnya yang merengek-rengek minta diisi, namun lebih ke keluarga yang selama ini ia sayangi. Kemudian ia pun ingat kebiasaan orang di Gereja, yang berdoa di depan sebuah Salib mengharapkan sesuatu terjadi pada kehidupannya. Kemudian Cedrc pun mengikuti apa yang mereka lakukan, Cedric duduk di depan sebuah Salib yang digantung di tembok rumah itu, dan berkata dalam hatinya “Aku mohon, selamatkanlah mereka, kembalikanlah mereka”. Cedric melakukannya tanpa memikirkan perutnya yang semakin sakit karena kelaparan. 3 hari telah berlalu, tetap belum ada tanda dari keluarga Johnson kembali menginjakkan kaki di rumah tersebut, dan Cedric masih melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan orang-orang di Gereja. Dengan tulus hati ia berdoa “Aku mohon, selamatkanlah mereka, kembalikanlah mereka”, dengan perutnya yang semakin sakit karena belum makan selama 3 hari. Tiba pada hari ke 5 akhirnya sebuah keluarga datang ke rumah tersebut melihat Cedric masih dalam posisi berdoa di depan sebuah Salib. Salah satu keluarga itu pun tersungkur di belakang Cedric, bersujud di belakangnya sambil menangis. Anggota keluarga yang lain pun ikut sujud dan berdoa di belakang Cedric dan salah satunya mencoba untuk menggerakkan Cedric dengan menyentuhnya. Cedric tidak menunjukkan gerakan sedikit pun saat itu, maka sadarlah mereka bahwa Cedric pun telah tiada setelah 5 hari berdoa tanpa makanan dalam perutnya. Tubuh Cedric kaku seperti mayat selayaknya, namun ia tidak berbau tidak seperti mayat yang selama ini kita tahu. Cedric yang malang telah meninggal karena kesetiaannya pada keluarganya, dan ia telah membuktikan kesetiaannya pada apa yang ia yakini. Namun rohnya bahagia, setelah melihat rumah itu kembali terisi oleh keluarga Johnson yang masih lengkap, Mark, Joanne, Zio, dan Andrew yang kini sudah bisa berjalan.

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Pernah Menyerah!

Indonesia Kreatif? Sayang Orang Tua? Pikir Lagi!

Hanya Sebagai Simbol, Bukan Penentu Kualitas