Tulus dan Rasional

Di zaman modern ini, banyak sekali dari kita yang lebih suka menggunakan barang-barang instan yang memudahkan kita untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Beberapa dari kita lebih menyukai semua yang bersifat tradisional dan kuno, karena mereka percaya bahwa produk atau cara yang lama adalah cara yang lebih baik. Semua itu relative tiap orang berhak memiliki pilihan mereka masing-masing dan memiliki opini mereka terhadap segala hal. Hanya saja, ada beberapa hal yang sering menjadi kontroversi bagi kita, yaitu adalah “Mana yang lebih baik”? Seperti yang saya tuliskan tadi, semua orang berhak memiliki cara dan jalan hidup mereka masing-masing, sehingga pertanyaan tersebut boleh saja kita abaikan. Semua cara itu baik, dan mereka mempunyai kualitas produk masing-masing dan itu tidak bisa dikaitkan dengan cara yang mereka gunakan, namun akan lebih baik apabila kita mengatakan siapa yang membuatnya. Ada sebuah cerita pendek tentang sebuah kualitas dalam kehidupan. Berikut ceritanya: Mike adalah seorang anak dari keluarga sederhana yang ingin belajar bermain Biola. Mike berusaha mencari sebuah perguruan musik untuk mencari seorang pengajar biola untuknya. Setelah Mike mendapatan seorang guru, ia pun sangat bersukacita dan berlatih dengan giat. Hari demi hari, bulan demi bulan ia jalani dengan sukacita. Setelah berjalan kurang lebih satu tahun, Mike mulai merasa bosan dengan pelajaran biola tersebut, lalu ia pun memutuskan untuk berhenti belajjar biola dan mulai bermain di sebuah bar. Mike yang berfikir optimis akan menjadi pemain biola yang hebat dan akan membuat banyak orang terkesan dengannya pun dengan semangat bermain di bar tersebut, namun ara pengunjung tidak menyukai permainan Mike, dan Mike pun dengan sangat terpaksa dipecat oleh sang pemilik bar. Mike pun kesal dengan kegagalannya, ia pun membanting biola tersebut hingga ada satu benang di biola tersebut yang putus. Biola itu pun dibiarkan rusak dan tidak terawat, dan pada suatu hari ada seseorang yang ingin memiliki biola tersebut. Mike heran, mengapa ada rang yang ingin memiliki biola yang sudah rusak dan tidak terawat itu? Mike pun bertanya kepada sang pembeli biola tersebut. Sang pembeli pun hanya berkata “Nak, duduk diam disana, dan pelajarilah”, dan Mike pun duduk dan menyaksikan apa yang diperbuat oleh sang pembeli itu. Sang pembeli itu mulai memperbaiki biola tersebut dengan membersihkannya terlebih dahulu. Goresan demi goresan, seakan-akan mengembalikan biola tersebut menjadi sebuah biola yang baru. Mike sangat kagum dengan perawatan yang diberikan oleh sang pembeli itu pada biola rusak itu, perawatan yang begitu penuh perhatian yang membuat sebuah biola usang tampak seperti baru lagi. Sang pembeli pun memasangakn benang baru, dan menggantikan semua benang yang sudah rusak di biola itu dan saat itu juga, Biola itu pun tampak baru seperti saat Mike membelinya. Mike sangat terkagum-kagum dengan sang pembeli itu, kemudian ia bertanya, “Pak, anda terlihat lihai sekali merawat biola usang itu, apa yang membuat anda memiliki bakat seerti itu?”. Sang pembeli pun menjawab pertanyaan Mike, “Nak, aku mengerjakan semua pekerjaan ini dengan dengan menggunakan ini”, ia pun menyentuh dadanya, “Semua hal atau pekerjaan yang kita lakukan, apabila dilakukan dengan sepenuh hati, maka segala kegagalan yang selalu menjumpai kita tidak akan terasa sebagai penghalang bagi kita, namun akan menjadi penyemangat bagi kita supaya kita menjadi orang yang lebih hebat”. Mike pun hanya bisa duduk diam dan menangis dalam hatinya. Ia sadar karena selama ini ia belajar bermain biola hanya karena ia ingin terlihat hebat dan terkenal. “Siapa nama anda pak?”, tanya Mike kepada sang pembeli yang hendak pergi. “Bukankah kau sudah mengetahuinya? Kau sudah membeli biola ini, tentu seharusnya kau pun tahu siapa namaku”, jawab sang pembeli yang kemudian pergi meninggalkan Mike. Tahukah anda? Sang pembeli adalah orang yang membuat sendiri biola yang digunakan Mike. Dengan sepenuh hati ia membuat biola tersebut, dan Mike hanya bisa menyalahkan Biola tersebut karena ia tidak diterima sebagai seorang pemain biola dalam sebuah bar. Sang pembeli tersebut juga seorang pemain biola yang sangat handal, karena ia memang mencintai biola sebagaimana ia mencintai hidupnya dan keluarganya. Semoga cerita pendek ini bisa berguna untuk anda semua. God Bless..

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Pernah Menyerah!

Indonesia Kreatif? Sayang Orang Tua? Pikir Lagi!

Hanya Sebagai Simbol, Bukan Penentu Kualitas